Pondok pesantren sering dijuluki oleh para santri sebagai penjara suci, karena para santri ketika waktu liburan seakan-akan terbebas dari jeruji besi yang kurang lebih tiga tahun atau enam tahun menjebak mereka agar tidak keluar darinya yang dihiasi dengan peraturan. Namun, tidak semua santri menganggap bahwa pondok pesantren setara dengan penjara.
Tentunya jauh banyak yang membedakan antara pondok pesantren dengan penjara yaitu seseorang masuk penjara karena berbuat kesalahan, sedangkan seseorang yang masuk pondok pesantren atau penjara suci hanyalah orang-orang yang menginginkan atau orang tuanya menginginkan anaknya menjadi anak yang shalihah, tau agama, dapat terhindar dari dunia yang kejam, dan sebagainya. Pondok pesantren juga mengajarkan tentang kedisiplinan dalam sholat tentunya, yang mana para santri diwajibkan untuk sholat jama’ah di masjid, yakni para santri terbiasa dengan berangkat ke masjid setengah jam sebelum adzan berkumandang agar tertib pada saat sholat akan didirikan.
Kedisiplinan santri dalam sholat tepat waktu dengan berjama’ah dapat menghasilkan disiplin yang lainnya seperti halnya disiplin dalam berbahasa, berpakaian, bergaul, dan sebagainya. Banyak orang yang memiliki keinginan untuk masuk pondok pesantren, namun tidak semua orang mudah melewatinya karena terhalang oleh ketidakmampuan dalam masalah ekonomi, fisik, dan sebagainya.
Semua orang memiliki impian dan cita-cita, tetapi tidak semua orang mendapatkan impian dan cita-cita yang mereka impikan dan cita-citakan. Namun, apabila seseorang mendapatkan yang tidak sesuai dengan yang mereka mimpikan dan cita-citakan terdapat hikmah yang sangat luar biasa setelahnya bagi orang yang bersyukur, karena Allah yang Maha Mengetahui apa yang baik untuk hambanya.
Impian dan cita-cita dapat dicapai apabila telah melewati masa-masa pendidikan, seperti halnya seseorang dan teman-temannya. Sebelum keluar dari penjara suci, seseorang menginginkan melanjutkan ke jenjang kuliah dengan keluar dari penjara suci dan ingin merasakan hidup di dunia yang kejam. Namun, setelah keluar dari penjara suci seseorang tersebut tidak pernah terbayang akan masuk lagi ke penjara suci untuk kuliah dan mengabdi. Sedangkan banyak dari teman-teman seseorang itu mendapatkan apa yang mereka inginkan, namun juga banyak perubahan dalam diri teman-temannya.
Setelah mendapatkan apa yang telah ditakdirkan, seseorang tersebut mendapat banyak sekali hikmah perjalanan mengabdi dan kuliah, mulai dari semakin mendekat dengan Allah, menghindari pergaulan yang bebas seperti halnya yang dilakukan oleh teman-temannya yang berada dalam dunia yang kejam, tanpa mengetahui batasan antara laki-laki dan perempuan.
Mungkin apabila seseorang itu ditakdirkan untuk kuliah di luar, bisa saja terbawa arus dunia yang kejam dan tidak akan sedekat ini dengan Allah. Namun, seseorang itu bersyukur karena banyak do’a-do’a yang dahulu dipanjatkan terwujud saat mengabdi dan kuliah di penjara suci. Ketakutan yang dirasakan seseorang terhadap teman-temannya yang melanjutkan hidup di dunia luar adalah mereka lupa terhadap apa yang telah mereka ketahui dan pelajari dalam penjara suci selama tiga tahun atau bahkan selama enam tahun, semoga dalam hati mereka masih melekat ilmu yang telah mereka dapat dari penjara suci dan melawan arus dunia yang kejam, serta tidak lupa antara teman yang satu dengan yang lainnya.
Akan tetapi, tidak semua teman yang keluar dari penjara suci terjerumus ke dalam hal-hal yang negatif, karena mereka memiliki pendirian masing-masing dalam dirinya. Awal perkuliahan seseorang dan teman-temannya tidak seperti kuliah-kuliah yang dilakukan oleh periode sebelumnya karena terjadi wabah yang menjalar sampai mendunia, sehingga perkuliahan dilakukan dengan menggunakan media online yang membuat banyak dari mahasiswa tidak dapat belajar langsung di kampus yang telah mereka impikan, hingga ada juga mahasiswa yang sama sekali tidak mengetahui letak dan bentuk dari tempat perkuliahannya. Seseorang bersyukur dari wabah tersebut seseorang diberi petunjuk oleh Allah agar meneruskan belajar ke penjara suci dan berkuliah disana, memang kuliah sambil mengabdi sangatlah berat namun apabila dilalui dengan penuh keikhlasan tanpa mengeluh insya Allah akan diberi kemudahan oleh Allah dan bermanfaat untuk masa yang akan datang.
Tidak semua orang kuat untuk mengabdi sambil kuliah, dan orang-orang yang di dalamnya adalah orang-orang yang berjiwa kuat dan hebat, apalagi orang-orang yang dulunya tidak pernah merasakan pahitnya mondok di pesantren dan langsung diberi amanah untuk mengabdi dan kuliah. Mengabdi dan berkuliah mengajarkan bagaimana memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin, karena akan ada suatu hal yang harus dikerjakan secara bersamaan antara tugas kuliah dan mengabdi. Selain itu, kuliah dan mengabdi mengajarkan bagaimana memupuk persaudaraan antar sesama dengan usia yang berbeda. Seseorang merasakan dalam pertemanan dengan sesama angkatan kuliahnya seperti keluarga sendiri, karena setiap hari bertemu dan saling mengingatkan antara satu sama lain. Hal tersebut yang membedakan antara kampus luar dengan kampus yang harus mengabdi sambil kuliah, rasa kekeluargaannya sangatlah tinggi, serta komunikasi antara dosen dengan mahasiswa sangatlah baik dan dapat mengenal satu sama lain.
Jadi, kesimpulan yang dapat diambil adalah seseorang mendapatkan takdir yang berbeda-beda, namun tugasnya adalah bagaimana melaksanakan takdir dengan sebaik mungkin. Bagi teman-teman yang berada telah keluar dari penjara suci, jagalah dirimu, lawanlah arus negatif dari dunia luar dan ambillah yang positif, serta jangan sampai ilmu kepondokanmu tidak lagi melekat pada dirimu yang membuat penyesalan di masa yang akan datang. Sedangkan bagi yang berada dalam penjara suci untuk mengabdi dan kuliah, tetaplah semangat dan jangan mengeluh terhadap apa yang kamu dapatkan sekarang, serta yakinlah akan ada hikmah yang sangat luar biasa datang kepadamu beberapa tahun yang akan datang apabila kamu dapat bersyukur, bersabar, dan tidak pernah mengeluh.